Sunday, January 22, 2017

Posted by adrianizulivan Posted on 10:08:00 PM | No comments

Kriteria Trotoar yang Baik dan Kota di Indonesia yang Memilikinya

Lukisan mural di trotoar kawasan Cikini Jakarta Pusat. © Liputan6
Kesejahteraan rakyat dapat dilihat dari kondisi trotoar di kota tempat tinggalnya. Hal ini diyakini oleh sebagian pemerhati masalah perkotaan. Jika ditilik lebih lanjut, pernyataan tersebut ada benarnya. Logikanya, ketika pemimpin mampu menyiapkan ruang publik sesuai peruntukannya, berarti ia telah berhasil menyelesaikan persoalan utama—yaitu pemenuhan hak warga.

Sebagaimana lajur sepeda, tempat penyeberangan, halte dan fasilitas khusus bagi warga berkebutuhan khusus, trotoar merupakan fasilitas pendukung penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana tercantum dalam Pasal 45 Ayat 1 UU No 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (UU LLAJ).

Bahasan tentang trotoar selalu berkaitan dengan pedestrian atau pejalanan kaki. Pejalan kaki merupakan prioritas utama bagi seluruh areal publik bernama jalan raya, termasuk trotoar. Yang termasuk pedestrian adalah setiap orang yang berjalan kaki di ruang lalu lintas jalan, termasuk pengguna kursi roda.

Sejumlah kota di Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk memenuhi hak warga atas trotoar tersebut. Dalam rangka Hari Pejalan Kaki Nasional yang jatuh pada 22 Januari, kami mencatat trotoar terbaik di kota-kota di Indonesia. Baik di sini, artinya bisa diakses tanpa hambatan oleh pejalan kaki dan pengguna kursi roda, serta memiliki blok pemandu tunanetra (tactile paving).

Salah satu yang menghambat akses pengguna trotoar adalah keberadaan pedagang kaki lima yang mangkal atau kendaraan parkir. Kondisi trotoar yang baik, meski tidak di seluruh ruas jalan, menjadi penilaian utama kami. Komitmen pemerintah akan penyediaan jalur pedestrian yang baik, seperti memasukkan pembangunannya dalam perencanaan dan penganggaran, merupakan penilaian lainnya. Daftar ini disusun berdasar tahun pembangunan atau revitalisasi trotoar yang sudah dilakukan di kota tersebut.

1. Kota Solo

Pesta Olahraga bagi Atlet Berkebutuhan Khusus se-Asia Tenggara (ASEAN Para Games) keenam diselenggarakan di Kota Solo, Jawa Tengah pada 2011. Demi menyambut para atlet berkebutuhan khusus tersebut, pemerintah Kota Solo yang saat itu dipimpin Joko Widodo membangun seluruh fasilitas publik agar ramah bagi pengguna berkebutuhan khusus. Mulai dari halte bus yang bisa diakses penguna sepatu roda, hingga trotoar yang memiliki panduan blok untuk tunanetra turut menjadi perhatian.

Sejak saat itu, Kota Solo disebut-sebut sebagai kota yang ramah pada warga berkebutuhan khusus. Usai penyelenggaraan Para Games, Pemkot Solo terus berkomitmen memperbaiki jalur pedestrian hingga Solo menjadi kota pertama dengan trotoar ramah pejalan kaki di Indonesia. Solo bahkan menjadi perintis penyusunan peraturan daerah terkait warga berkebutuhan khusus.

2. Kota Surabaya

Membangun jalur pedestrian yang nyaman dan manusiawi menjadi salah satu program utama Walikota Surabaya Tri Rismaharini. Kota Surabaya mengklaim, setidaknya 45 kilometer trotoar telah difungsikan sebagaimana mestinya di tahun 2015. Selain pelebaran dan penggantian material, tiap tahun ada saja pembenahan yang dilakukan, seperti pengecatan agar lebih berwarna dan pemasangan hiasan.

Pemerintah Kota juga memastikan bahwa jalur pedestrian ini bebas dari pedagang kaki lima dan parkir liar yang kerap memenuhi trotoar. Dana yang dianggarkan untuk perbaikan trotoar terus meningkat, yaitu sebanyak Rp 80 milyar di t ahun 2016 sedang di tahun sebelumnya Rp 76 milyar.

3. Kota Bandung

Jalan Asia Afrika memiliki jalur pedestrian terbaik di Kota Bandung. Hal ini dapat terjadi atas kerjasama pemerintah dan masyarakat demi menyambut penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika 2015 lalu di kota itu. Meski konferensi tingkat dunia tersebut telah usai, Walikota Bandung Ridwan Kamil bertekad untuk merenovasi trotoar di 15 titik lain agar memiliki kualitas sebaik trotoar di Jalan Asia Afrika.

Selain kualitas bahan yang digunakan, jalur pedestrian baru ini juga memerhatikan estetika artistik sebagaimana di Jalan Asia Afrika. Bola batu, pot bunga, petunjuk arah, serta meja dan kursi klasik untuk tempat bersantai dipasang di sana. Selain nyaman, jalur pedestrian ini sangat Insta-able! Demi mempercantik trotoar ini, Pemkot menganggarkan APBD sebesar Rp 163 milyar ditambah Rp 52 milyar dari bantuan Pemerintah Provinsi.

4. Kota Bogor

Sebagai kebun botani, Kebun Raya Bogor (KRB) memiliki tanaman rindang yang meneduhkan. Udara sejuk dan tanah yang asri di sana bahkan membuat Presiden Joko Widodo memilih Istana Bogor yang berbatasan dengan KRB menjadi tempat kerja sekaligus tempat tinggalnya. Sejak bermukim di sana, Presiden sering berolahraga sore di kawasan KRB. Kebiasaan ini juga diikuti oleh warga, terutama komunitas pelari dan pesepeda.

Demi mendukung semangat masyarakat ini, Pemerintah Kota Bogor pimpinan Bima Arya Sugiarto memperbaiki jalur pedestrian dengan membangun trotoar dan jalur sepeda di sekitar KRB. Hak warga berkebutuhan khusus pun diakomodir dalam trotoar seluas hinga 7 meter tersebut. Pembangunan yang menggunakan dana senilai lebih dari Rp 32 miliar ini, diharap mampu wujudkan cita-cita Bogor sebagai kota ramah pejalan kaki.

Pejalan kaki adalah prioritas utama di seluruh ruas jalan. © ITDP Indonesia
Selain keempat kota tersebut, pemerintah daerah lain pun sedang berbenah. Kota Jogja mulai merevitalisasi trotoar kawasan Malioboro sejak April 2016, dengan dana sebesar Rp 124 milyar. Akhir 2016 lalu Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mempercepat perbaikan trotoar di 48 lokasi di 42 kecamatan, dengan kebutuhan anggaran sebesar Rp 250 milyar. Dan masih ada berbagai kota lainnya.
Komitmen para pemerintah daerah dalam memenuhi hak warga ini patut didukung. Tugas masyarakat adalah mengawasi pembangunannya.

Tulisan ini dimuat di Good News from Indonesia pada 22 Januari 2017.

0 comments:

Post a Comment

  • Atribution. Powered by Blogger.
  • ngeksis

  • mata-mata