Monday, December 10, 2012

Posted by adriani zulivan Posted on 8:38:00 AM |

Cerita (Ke)Dingin(an)

HKIA, 20121206
Aku pernah mengalami cuaca dingin banget di sejumlah desa di lereng Merapi. Dulu saat masih kuliha, sering juga ke Kaliurang untuk kegiatan kemahasiswaan. Tapi biasanya ini hanya satu-dua hari dan aku sangat siap dengan segala perlengkapan, terutama pakaian.

Nah, beberapa hari lalu aku merasakan cuaca di sekitar 16-17 C, dan di suatu malam hingga nyaris 10 C. Mungkin cuaca di lereng Merapi dan Kaliurang bisa mencapai angka serendah itu juga, namun kali ini aku tak siap baju dingin!

Minggu lalu aku ikut sebuah konfrensi bertema digital heritage di Hongkong. Di tiap pertemuan internasional, aku usahakan mengenakan tekstil nusantara seperti batik dan tenun. Sebab keterbatasan bagasi (yang harus kubeli terpisah dari tiket), kali ini aku hanya membawa baju dari kain batik dan sarung batik yang tipis dan ringan. Plus kebaya encim. Dengan suhu seperti ini, itu bukan pilihan cerdas!

"Bajumu seperti itu?" tanya bosku ketika kami bertemu. 

"Do you want my jacket? I have two," kata seorang peserta konfrensi yang duduk di sebelahku, sambil menyodorkan jaketnya. 

"You must be very cold, do you want more clothes?" tanya temanku ketika aku berkunjung ke rumahnya.

Bosku orang Indonesia. Di waktu yang sama, beliau sedang ada konfrensi juga di HK (dengan tema berbeda). Beliau tawarkan membeli syal dan stocking di sebuah shopping mall tempat kami makan siang, kutolak. Malamnya, aku membeli stocking di toko dekat tempatku menginap dan teringat dengan selendang batik yang kubawa dari Indonesia.

Peserta konfrensi di sebelahku mungkin terus-terusan melihatku meniup dan menggosok telapak tangan. "Well, you can buy jacket like this arround here, in the closest shopping mall where the MTR station is. It's about 150 HKD", jelasnya ketika aku menolak tawaran jaketnya.


Aku datang ke rumah temanku untuk undangan makan malam dan rapat (teteup!) sebuah proyek heritage yang kami kerjakan bersama di Indonesia. Saat mencari alamatnya, aku sedikit kehujanan. Menolak tawaran baju (takut merepotkan), kuterima tawaran syal. "I dont know which colors match to your clothes", tanyanya sambil menimbang-nimbang warna yang senada dengan pakaianku. "That's not a big deal, thank you. Let me take this thick one, please" kataku.


Run Run Shaw, 20121204
Ini cerita kedinginan pertamaku, dengan 'senjata' yang tak siap perang. Aku sudah mencari informasi mengenai suhu setempat, namun hanya dikatakan "di bawah 25 C". Ya, tak ada yang salah dengan informasi itu, kan? :|

Temanku yang berdomisili di HK adalah bule Belanda yang malam itu memakai setelan jaket dan training. Dia sendiri merasakan HK sangat dingin dan ini bukan kondisi biasa. "Wintertime comes earlier this year," katanya.

Well...

Foto atas:
  • kaos tanpa lengan
  • kaos lengan panjang
  • jaket parasut (bukan jaket tebal, hanya selapis kain) *dibuka setelah masuk ruang bandara yang hangat*
  • selendang batik bahan paris tipis (yang kujadikan syal) 
  • syal tebal panjang pemberian temanku itu
  • stocking cukup tebal
  • celana 7/8
  • rok batik katun 3/4
  • sepatu kets!
Foto bawah:
  • kebaya encim
  • selendang batik
  • jaket parasut
  • rok
  • stocking
  • kets!
Ya, aku menghancurkan image kebaya dan batik.

Mlekom,
AZ   
Categories:
  • Atribution. Powered by Blogger.
  • ngeksis

  • mata-mata