Sunday, May 13, 2012

Posted by adriani zulivan Posted on 1:26:00 PM |

Lava Bantal, Berbah, Sleman

Stop Site I Geoheritage Trip
Lihat struktur batuannya.
Lava bantal terbentuk akibat dari lava hasil erupsi lelehan yang langsung kontak dengan fluida (masa air, bisa di laut atau danau). Pembekuan yang cepat karena kontak dengan masa air menyebabkan mineral-mineralnya tidak terbentuk dengan baik, dan membentuk geometri mirip bantal sehingga disebut lava bantal atau pillow lava.
Umur lava bantal Berbah ini diperkirakan lebih tua dari 30 jt th. Dari perkiraan umur dan komposisi yang basaltis diperkirakan gejala erupsi lelehan ini merupakan cikal-bakal gunungapi di Pulau Jawa yang kemudian berkembang menjadi himpunan gunungapi strato (disebut himpunan batuannya sebagai OAF-Old Andesite Formation), yang erupsinya eksplosif, dan dengan komposisi umum andesitik. Jadi lava bantal Berbah ini representasi dari bentuk awal volkanisme Pulau Jawa.
Singkapan seperti ini tidak banyak dijumpai di sepanjang Pegunungan Selatan Jawa, lava Berbah adalah yang terbaik. Kelangkaan ini mempertegas bahwa lava ini merupakan fase awal mulai munculnya gunungapi di Jawa. [C. Prasetyadi]
Tak sulit mencapai lokasi ini, hanya 15 menit dari Perumahan Blok O di timur Jogja Kota. Meski tak sepopuler Kali Progo, sungai ini cukup dikenal masyarakat Jogja.


Singkapan formasi batuan di sungai ini membuat Kali Berbah sangat cantik. Tak sedikit juru foto membuat sesi pemotretan di sini. Namun, sepertinya sungai ini tak masuk destinasi wisata andalan. Tak ada papan petunjuk. Tak ada jalur khusus pengunjung. Tak ada pula areal luas bebas hunian yang dapat dijadikan semacam pantai untuk menikmati suasana. Atau entahlah, mungkin aku yang tak tahu bahwa itu semua ada.

Batu di kiri dan di seberang berasal dari dua zaman berbeda, lho!
Untuk menuju lokasi ini, turunlah di sebuah papan nama bengkel mobil. Parkir kendaraan anda di pinggir jalan. Lalu masuklah ke halaman rumah bengkel tersebut. Minta izinlah untuk turun ke sungai, sebab jalan ke sungai itu berada di belakang rumah tersebut.

Masuklah ke halaman bengkel ini.
Sayang jika lokasi ini tidak diketahui banyak orang? Ya, menurutku. Sebab dengan mengetahui, orang akan mendapat lebih banyak pelajaran tentang geoheritage. Sayang jika potensinya tidak dimanfaatkan untuk industri wisata? Tidak, menurutku. Biarkan ia tak terjamah kapital, agar terus indah dan lestari.

Jembatan itu adalah jalan raya.
Hummm, ngomong-ngomong tentang lestari, saat kami sedang "kuliah alam" tentang geoheritage di sini, tiba-tiba ada sebuah sepeda motor berhenti di jembatan persis di atas sungai. Tiba-tiba "Bugh!" ada suara keras dentaman di air. Ternyata, pengendara motor berhenti untuk membuang seplastik besar kain perca, ke dalam sungai.

"Hoy!" teriakku kencang, spontan.

Motor itu pergi, tak pedulikan teriakanku. Dia, seorang ayah. Membonceng gadis kecil di belakang. Mendidik salah anaknya, tentang membuang sampah. Sayang...

Jembatan ini menjadi jalan raya yang menghubungkan dua daerah yang diputus Kali Berbah. Ada satu jembatan tua di sebelahnya.


Mlekom,
AZ
Categories:
  • Atribution. Powered by Blogger.
  • ngeksis

  • mata-mata